Friday, 12 August 2016

Teori Masuknya Agama Islam ke Bumi Asia Tenggara

Visi Islam - Beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, China dan India.
 
Visi Islam-Ramadhan Ismail
Jejak aktifitas Islam di Asia Tenggara
1.         Teori Kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab 
Dikemukakan oleh John Crawford menurutnya Islam datang dari Arab melalui pedagang. Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah mempunyai pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke China singgah di pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara dan ada yang menetap serta membina perkampungan Arab. Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk berdagang. Ada juga pedagang Arab yang Menikah dengan wanita tempatan dan menyebarkan Islam. Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana transportasi maka pada Masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh pedagang Arab untuk mengembangkan Islam.  

Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
a)        Kampung  Arab di Sumatera Utara yaitu di Ta Shih. 
b)        Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab. 
c)        Budaya dan musik pengaruh dari arab seperti dabus dan tarian Zapin.
d)       Karya-karya yang menceritakan pengislaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diislamkan oleh ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail. 

2.         Teori Kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari China 
Dikemukakan oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi, menurut Eredia, Canton pernah menjadi pusat Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang China memeluk Islam. Pedagang China Islam ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara disamping menyebarkan Islam. Sedangkan menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah beramai-ramai ke Asia Tenggara. 

Adapun Bukti kedatangan Islam dari China ini yaitu : 
a)        Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan, Pahang.  
b)        Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di Kelantan, Melaka dan Jawa  yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari China.

3.         Teori Kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat 
Dikemukakan oleh S.Hurgronje, menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan pantai Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan India telah terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam India untuk  menyebarkan Islam.  

Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
a)        Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India,  contohnya di batu nisan Raja Malik Pasai. 
b)        Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara.
 
      A.  Proses Masuknya Islam di Asia Tenggara
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
   
Menurut Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam saluran, yaitu:

1.    Perdagangan 
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. 

2.    Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. 

3.    Tasawuf  
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Di antara mereka juga ada yang mengawini puteri-puteri bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.

4.    Pendidikan 
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. 

5.    Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. 

6.    Politik  
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.

      B.  Kerajaan-Kerajaan Islam di Asia Tenggara


   
Visi Islam-Ramadhan Ismail


1    1.   Indonesia 

a)      Kerajaan Perlak 
Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 M ini berakhir pada tahun 1292 M karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya Perlak dengan Samudra Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 - 249 H / 840 - 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak.

Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M). 
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan mengawinkan dua putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang).

Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah. 
Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat kemudian digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak. Setelah beliau wafat, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai dengan raja Muhammad Malikul Dhahir yang adalah Putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari. 
Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari adanya mata uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau kuningan.

b)      Kerajaan Samudera Pasai 
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-Saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh). 

Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut:

1)         Sultan Malik Al-Saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.

 2)   Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masapemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai
. 
3)         Sultan Malik al Tahir II (1326 - 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini 
sangat teguh memegangajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembangsebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar
SamudraPasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncukemudian. 

Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan Ibnu Battuta, seorang pengelana dari Maroko. Menurut Battuta, pada tahun 1345 M, Samudera Pasai merupakan kerajaan dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, China, dan India yang datang ke sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka. Mata uangnya uang emas yang disebur deureuham (dirham).

Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya ialah Fatahillah. Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak kemudian menjadi penguasa di Banten.

c)      Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528 M), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka. Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh. 
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku. 

Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636 M). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam.

Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641 M). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675 M). Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah sal jama'ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904 M. 
Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.

Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil. Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa. 

Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.

d)     Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang 
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.

Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518 M) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan.

 Karena memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal. 
Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521 M). Walau ia tidak memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani. 

Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa. Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono (1521-1546 M). Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Trenggono berhasil membawa Demak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 1522 M, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada tahun 1527 M, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546 M, Sultan Trenggono gugur.

Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen. 

Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Joko Tingkir (1549-1587 M) yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang. Kerajaannya kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Pajang. 
Sultan Hadiwijaya kemudian membalas jasa para pembantunya yang telah berjasa dalam pertempuran melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan menerima hadiah berupa tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok), Ki Penjawi dihadiahi wilayah di daerah Pati, dan keduanya sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukkan daerah-daerah di Jawa Timur diangkat sebagai wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan.

Ketika Sultan Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya Sultan Benowo. Pada masa pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan Prawoto melakukan pemberontakan. Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Pangeran Benowo dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan Pajang kemudian diserahkan Pangeran Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pusat Kerajaan Pajang ke Mataram. 
Di bidang keagamaan, Raden Patah dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam. Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Demak. 

Dalam bidang perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang penting. Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik. Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil rempah-rempah dan pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari hasil pertaniannya yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang degan pesat.

e)      Kerajaan Mataram 
Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. 
Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601 M) tidak berjalan dengan mulus karena diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan Sunan Giri.

Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang (1601-1613 M) naik tahta dan bergelar Sultan Anyakrawati. Dia berhasil menguasai Kertosono, Kediri, dan Mojoagung. Ia wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak sehingga kemudian dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak. 

Mas Jolang kemudian digantikan oleh Mas Rangsang (1613-1645 M). Raja Mataram yang bergelar Sultan Agung Senopati ing Alogo Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal dengan nama Sultan Agung. Pada masa pemerintahannya, Mataram mencapai masa keemasan. Pusat pemerintahan dipindahkan ke Plered. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung bercita-cita mempersatukan Jawa. Karena merasa sebagai penerus Kerajaan Demak, Sultan Agung menganggap Banten adalah bagian dari Kerajaan Mataram. Namun, Banten tidak mau tunduk kepada Mataram. Sultan Agung kemudian berniat untuk merebut Banten. 

Namun, niatnya itu terhambat karena ada VOC yang menguasai Sunda Kelapa. VOC juga tidak menyukai Mataram. Akibatnya, Sultan Agung harus berhadapan dulu dengan VOC. Sultan Agung dua kali berusaha menyerang VOC: tahun 1628 M dan 1629 M. Penyerangan tersebut tidak berhasil, tetapi dapat membendung pengaruh VOC di Jawa. 

Visi Islam-Ramadhan Ismail

Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kerajaan Mataram seperti berikut: 

1)      Kutanegara, daerah pusat keraton. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih Dalam) yang dibantu Wedana Lebet (Wedana Dalam). 

2)      Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara. Pelaksanaan pemerintahan dipegang Patih Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar). 

3)      Mancanegara, daerah di luar Negara Agung. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati.Sultan Agung wafat pada tahun 1645 M dan digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677 M). Amangkurat I menjalin hubungan dengan Belanda. Pada masa pemerintahannya. Mataram diserang oleh Trunojaya dari Madura, tetapi dapat digagalkan karena dibantu Belanda. Amangkurat I kemudian digantikan oleh Amangkurat II (1677-1703 M). Pada masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram makin menyempit karena diambil oleh Belanda. Setelah Amangkurat II, raja-raja yang memerintah Mataram sudah tidak lagi berkuasa penuh karena pengaruh Belanda yang sangat kuat. Bahkan pada tahun 1755 M, Mataram terpecah menjadi dua akibat Perjanjian Giyanti: 

Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang berpusat di Yogyakarta dengan raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I dan Kesuhunan Surakarta yang berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram. 

Kehidupan sosial ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar, Mataram maju hampir dalam segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada zaman Kerajaan Majapahit, muncul kebudayaan Kejawen, gabungan antara kebudayaan asli Jawa, Hindu, Buddha, dan Islam, misalnya upacara Grebeg, Sekaten. Karya kesusastraan yang terkenal adalah Sastra Gading karya Sultan Agung. Pada tahun 1633 M, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan. 

f)       Kerajaan Banten 
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522 M, Pangeran Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja Banten. 

Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Sultan Hasanudin (1522-1570 M). Pada masa pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar di Banten.

 Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya sangat strategis, Banten juga didukung oleh beberapa faktor di antaranya jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511 M) sehingga para pedagang muslim berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia. 

Sultan Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580 M).Pada masa pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan.Pangeran Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng Ratu Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab itu, dalam menjalankan roda pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh Mangkubumi. Dalam tahun 1595 M, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam pertempuran itu, Maulana Muhammad gugur. 

Maulana Muhammad kemudian digantikan oleh putranya Abu'lmufakhir yang baru berusia lima bulan. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Abu'lmufakhir dibantu oleh Jayanegara. Abu'lmufakhir kemudian digantikan oleh Abu'ma'ali Ahmad Rahmatullah. Abu'ma'ali Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692 M). 

Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju dengan pesat. Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671 M mengangkat purtanya, Sultan Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar Sultan Haji berhubungan dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak menyukai hal itu berusaha mengambil alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena Sultan Haji didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun Banten mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang berada di bawah kekuasaan Belanda. 

g)      Kerajaan Cirebon 
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah. 
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya.

 Bahkan pada tahun 1524 M, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.Pada tahun 1679 M, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. 

Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17. 

h)      Kerajaan Gowa-Tallo 
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan: Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar. 

Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar. 

Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669 M). Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas sampai ke Sumbawa dan sebagian Flores di selatan. 
Karena merupakan bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur, Hasanuddin bercita-cita menjadikan Makassar sebagai pusat kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini merupakan ancaman bagi Belanda sehingga sering terjadi pertempuran dan perampokan terhadap armada Belanda. Belanda kemudian menyerang Makassar dengan bantuan Aru Palaka, raja Bone.

 Belanda berhasil memaksa Hasanuddin, Si Ayam Jantan dari Timur itu menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 M. Isi perjanjian itu ialah: Belanda mendapat monopoli dagang di Makassar, Belanda boleh mendirikan benteng di Makassar, Makassar harus melepaskan jajahannya, dan Aru Palaka harus diakui sebagai Raja Bone. Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Mapasomba. Namun, Mapasomba tidak berkuasa lama karena Makassar kemudian dikuasai Belanda, bahkan seluruh Sulawesi Selatan. 

Tata kehidupan yang tumbuh di Makassar dipengaruhi oleh hukum Islam. Kehidupan perekonomiannya berdasarkan pada ekonomi maritim: perdagangan dan pelayaran. Sulawesi Selatan sendiri merupakan daerah pertanian yang subur. Daerah-daerah taklukkannya di tenggara seperti Selayar dan Buton serta di selatan seperti Lombok, Sumbawa, dan Flores juga merupakan daerah yang kaya dengan sumber daya alam. Semua itu membuat Makassar mampu memenuhi semua kebutuhannya bahkan mampu mengekspor. 
Karena memiliki pelaut-pelaut yang tangguh dan terletak di pintu masuk jalur perdagangan Indonesia Timur, disusunlah Ade'Allapialing Bicarana Pabbalri'e, sebuah tata hukum niaga dan perniagaan dan sebuah naskah lontar yang ditulis oleh Amanna Gappa. 

i)        Kerajaan Ternate dan Tidore 
Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500 M). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja. 

Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih. 
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 M menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 M menjadikan Tidore sebagai sekutunya. 

Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570 M). Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis. 

Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583 M). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina. 

Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian. 

Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan. 

Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat. 

2.      Islam di Malaysia 
Malaysia adalah salah satu negara dengan tingkat perekonomian paling maju di kawasan Asia Tenggara. Ibu kotanya, Kuala Lumpur, telah menjelma menjadi kota modern, dengan ikonnya menara kembar Petronas (Twin Tower). Sebagian kalangan di negara jiran itu menganggap, arsitektur kembar dari salah satu bangunan tertinggi di dunia ini, punya arti khusus. Menara kembar merupakan simbol kerukunan. 

Tidak berbeda dengan Indonesia, penduduk Malaysia mayoritas adalah penganut Islam. Jumlahnya mencapai lebih 60 persen dari total populasi yang sekitar 27 juta jiwa. Islam pun menjiwai segenap aspek kehidupan. Sejak merdeka dari Inggris pada 31 Agustus 1956, pemerintah menerapkan kebijakan yang senantiasa berlandaskan pada nilai-nilai agama. 

Tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan islam ke Malasyia menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali menyebar Negara ini.Azmi misalnya, berpendapat bahwa islam datang pertama kali ke Malasyia sejak abad ke- 7 M. Pendapatnya ini berdasarkan pada sebuah argumen bahwa pada pertengahan abad tersebut, pedagang islam sudah sampai ke gugusan pulau- pulau melayu. Para pedagang Arab Muslim yang singgah di Pelabuhan Dagang Indonesia tentu juga singgah di Pelabuhan- pelabuhan dagang Malasyia. Salah satu tempat diantaranya yang mereka singgahi adalah Kedah, Trengganu, dan Malaka. 

Hipotesis lain dikemukakan oleh Fatimi, bahwa islam datang pertama kali sekitar abad ke-8 H (14 M). Ia berpegang pada penemuan Batu bersurat  di Trengganu yang bertanggal 702H (1303 M). Batu Bersurat itu ditulis dengan aksara Arab. Pada sebuah sisi memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah. 

Selain itu, Majul mengatakan bahwa Islam pertama tiba di Malaysia sekitar abad ke-15 dan ke-16M. Kedua pendapat ini baik Fatimi maupun Majul, juga tidak dapat diterima, karena ada bukti yang lebih kuat yang menunjukkan bahwa Islam telah tiba jauh sebelum itu, yaitu abad ke-3 H (10 M). pendapat terakhir ini didaraskan pada penemuan batu nisan di Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965. pada batu nisan ini  tertulis nama Syeikh Abd. Al Qodir Ibnu Husein Syah yang meninggal pada tahun 291 H (940 M). 

Baik Fatini maupun Majul agaknya tidak mengetahui tentang penemuan batu nisan di tanjung Kedah ini. Dan tulisan tentangnya di majalah Mastika karena tulisan tersebut diterbitkan pada tahun 1965 sedangkan penelitian mereka masing-masing dihasilkan tahun 1963 dan 1964. Dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Malaysia pada abad ke-10 M. 

Visi Islam-Ramadhan Ismail

Hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan negara-negara Islam lain, seperti : 

a)      Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong. 
b)      Banyaknya bangunan-bangunan sekolah Islam. 
c)      Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (hukum Islam di Malaysia mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum negara). 

3.      Islam di Singapura 
Sampai sekarang belum dapat ditemukan bukti-bukti yang jelas kapan pertama kalinya islam masuk ke Singapura, tetapi berdasarkan perkiraan sezaman dengan masa aktifnya para pedagang muslim yang sudah ada di Malaka, Islam masuk ke Singapura pada abad ke- 8 karena pada abad tersebut para pedagang muslim ini telah sampai ke Kanton, China, yang kemungkinan besar akan selalu singgah di pulau-pulau yang telah berpenduduk di semenanjung tanah Melayu ini. 

Disamping sebagai pedagang, para muslim ini tampaknya telah menjadi guru-guru agama serta imam di tengah-tengah kelompok masyarakat setempat, mereka mengajarkan Al-Qur’an dan mendirikan madrasah-madrasah sehingga orang-orang kampung senang pada kegiatan semacam itu, dan tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya menikah dan memperistri penduduk setempat. 

Perilaku kehidupan sehari-hari keluarga muslim melayu di Singapura adalah pencerminan yang sangat kuat dari pengaruh guru-guru agama dan imam-imam masjid. Mereka terbiasa dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan dan sosial secara kolektif, mayoritas masyarakat Singapura bermazhab syafi’iyah dan sebagian kecil syi’ah. 

Singapura adalah sebuah negara kecil yang memiliki penduduk multirasial, multilingual dan multi agama. Keturunan Cina memegang predikat paling tinggi disusul Melayu, India, Pakistan, dan Arab. Umat Islam merupakan kelompok minoritas dan heterogen. Mayoritas dari kaum muslimin adalah Melayu dengan latar belakang yang berbeda-beda; orang pesisir Malaysia, Jawa, Bugis, Bawean, dan lain-lain. Jumlah Cina yang muslim hanya sedikit. 

Sebagai negara yang penduduk muslimnya sedikit, pendidikan Islam di Singapura sangat memprihatinkan. Di bawah sistem pendidikan yang maju, kaum muslim Melayu tetap saja tertinggal. Tercatat pada tahun 1980 hanya terdapat 679 orang Melayu yang berpredikat sarjana. Sejak tahun 1958 pendidikan agama Islam telah diajarkan di sekolah-sekolah Melayu sekitar 35-45 menit seminggu, untuk mencari tambahan pengajaran agama bisa belajar di Masjid yang memang menyediakan waktu dan tempat. Waktu itu hanya ada empat sekolah lanjutan dan lima sekolah dasar yang mempunyai jam pelajaran penuh, masing-masing dengan sistem dan kurikulumnya sendiri. 

Gambaran sekolah formal agama Islam di Singapura saat ini masih kekurangan fasilitas sebagai lembaga pendidikan modern. Para murid belajar dalam gedung-gedung yang sudah tua dan kebanyakan gurunya tidak menerima latihan apapun dalam bidang seni dan tehnik, sekalipun ada di antaranya yang memiliki gelar dari universitas-universitas Islam. Para murid sama sekali tidak mengambil kegiatan ekstra kurikuler. 

4.      Islam di Brunei Darussalam 
Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang sangat makmur di bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan dan berbatasan dengan Malaysia. Brunei terdiri dari dua bagian yang yang dipisahkan di daratan oleh Malaysia. Nama Borneo berdasarkan nama negara ini, sebab pada zaman dahulu kala, negeri ini sangat berkuasa di pulau ini. 

Diperkirakan Islam di Brunei datang pada tahun 977 M melalui jalur Timur Asia Tenggara oleh pedagang-pedagang dari negeri Cina. Catatan bersejarah yang membuktikan penyebaran Islam di Brunei adalah Batu Tarsilah. Catatan pada batu ini menggunakan bahasa Melayu dan huruf Arab. Dengan penemuan itu, membuktikan adanya pedagang Arab yang datang ke Brunei dan sekitar Borneo untuk menyebarkan dakwah Islam. 

Silsilah kerajaan Brunei terdapat pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei yang dimulai dari Awang Alak Betatar (Muhammad Shah), raja yang pertama kali memeluk agama Islam (1368 M) sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara 1795-1804 M dan 1804-1807 M).

Visi Islam-Ramadhan Ismail

Adapun nama-nama Sultan yang pernah menguasai kesultanan Brunei adalah sebagai berikut: 

a)      Sultan Muhammad Syah (1363-1402) 
b)      Sultan Ahmad (1408-1425) 
c)      Sultan Sharif Ali (1425-1432) 
d)     Sultan Sulaiman (1432-1485) 
e)      Sultan Bolkiah (1485-1524) 
f)       Sultan Abdul Kahar (1524-1530) 
g)      Sultan Saiful Rijal (1533-1581) 
h)      Sultan Syah Brunei (1581-1582) 
i)        Sultan Muhammad Hasan (1582-1598) 
j)        Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598-1659) 
k)      Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1659-1660) 
l)        Sultan Haji Muhammad Ali (1660-1661) 
m)    Sultan Abdul Hakkhul Mubin (1661-1673) 
n)      Sultan Muhyiddin (1673-1690) 
o)      Sultan Nasaruddin (1690-1710) 
p)      Sultan Husin Kamaluddin (1710-1730)dan 1737-1740) 
q)      Sultan Muhammad Alaudin (1730-1737) 
r)       Sultan Omar Ali Saifudin (1740-1795 
s)       Sultan Muhammad Tajudin (1795-1804) dan (1804-1807). 

5.      Islam di Thailand 
Diperkirakan para penyebar Agama Islam yang paling banyak datang ke Nusantara diperkirakan sekitar tahun seribu empat ratusan masehi atau secara berturut datang setelah itu hingga keabad lima belas dan enam belasan. Dan diduga bahwa penyebar-penyebar tersebut adalah keturunan bani Abbasyiah. 
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa Islam diperkirakan datang ke negara Thailand sekitar pada abad ke-10 atau 11 melalui jalur perdagangan. Yang mana penyebaran Islam ini dilakukan oleh para guru sufi dan pedagang yang berasal dari wilayah Arab dan pesisir India. Pendapat lain ada yang mengatakan Islam masum ke Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh. 

Salah satu bukti yang menguatkan pendapat ini adalah ditemukannya sebuah batu nisan yang bertuliskan Arab di dekat Kampung Teluk Cik Munah, Pekan Pahang yang bertepatan pada tahun 1028 M. 

Dahulu, ketika Kerajaan Samudera Pasai ditaklukkan oleh kerajaan Siam (Thailand), banyak orang-orang Islam yang ditawan, yang mana ketika itu Raja Zainal Abidin lah salah satu tawanan kerajaan Siam yang kemudian di bawa ke Thailand. Para tawanan itu akan dibebaskan apabila telah membayar uang tebusan. Kemudian para tawanan yang telah bebas itu ada yang kembali ke Indonesia dan ada pula yang menetap di Thailand dan menyebarkan agama Islam di wilayah Thailand Selatan yangberbatasan langsung dengan Malaysia. 

Pada tahap pertama Islam diwarnai da’wahnya dengan Tasawuf dan Mistik setidaknya sampai pada abad ke-17. Hal ini karena dirasa paling cocok dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi oleh asketisme Hindu-Budha dan sinkretisme kepercayaan local dan tarekat cenderung lebih toleran dengan tradisi semacam itu. Sehingga ditemukan bahwa terdapat nama-nama ulama sufi terkenal sebagai penyebar Islam, diantaranya adalah Syiekh Syafiuddin Ahmad Ad Dajjani Al-Qusyasyi, beliau adalah seorang keturunan Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi Muhammad s.a.w).

 Diceritakan juga bahwa ada dua orang yang sezaman/bersahabat karib yang sama-sama menjalankan aktivitas dakwah Syeikh Syafiuddin di Pattani, banyak yang menduga bahwa baliaulah yang pertama mengislamkan Pattani, barangkali anggapan ini adalah satu kekeliruan karena Pattani memeluk Islam jauh lebih awal dari kedatangan beliau ke Pattani, bahkan Pattani dianggap tampat yang telah lama menerima Islam tak ubahnya seperti di Aceh juga. 
Peradaban yang ada di thailand hanyalah berupa masjid-masjid saja, karena penduduk thailand yang bermayoritas islam sangatlah sedikit. Banyak dari mereka hanyalah bertempat tinggal di wilayah-wilayah terpencil. 

6.      Islam di Filipina 
Sejarah masuknya Islam di Filipina tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosio cultural wilayah tersebut sebelum kedatangan Islam. Filipina adalah sebuah Negara kepulauan yang terdiri dari 7107 pulau dengan berbagai suku dan komunitas etnis. Sebelum kedatangan Islam, Filipina adalah sebuah wilayah yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan. Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh penduduk setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat mengakomodasi berbagai tradisi yang telah mendarah daging di hati mereka. 
Para ahli sejarah menemukan bukti abad ke-16 dan abad ke-17 dari sumber- sumber Spanyol tentang keyakinan agama penduduk Asia Tenggara termasuk Luzon, yang merupakan bagian dari Negara Filipina saat ini, sebelum kedatangan Islam.

 Sumber-sumber tersebut memberikan penjelasan bahwa sistem keyakinan agama yang sangat dominan ketika Islam datang pada abad ke-14 sarat dengan berbagai upacara pemujaan untuk orang yang sudah meninggal. Hal ini jelas sekali tidak sejalan dengan ajaran Islam yang menentang keras penyembahan berhala dan politeisme. Namun tampaknya Islam dapat memperlihatkan kepada mereka bahwa agama ini memiliki cara tersendiri yang menjamin arwah orang yang meninggal dunia berada dalam keadaan tenang, yang ternyata dapat mereka terima. 

Di sisi lain, tidak dapat diragukan lagi bahwa skala perdagangan Asia Tenggara mulai melesat sangat pesat pada penghujung abad ke-14. Hasil dari perdagangan ini, kota-kota berkembang dengan kecepatan sangat mencengangkan termasuk sepanjang wilayah pesisir kepulauan Filipina. Para pedagang dari berbagai negeri bertemu dan menimbulkan adanya pertukaran baik di bidang ilmu pengetahuan maupun agama. Di antara semua agama besar di dunia, Islam barangkali yang paling serasi dengan dunia perdagangan. Al-Qur’an maupun Al- Hadits sebagai sumber tertinggi dalam agama Islam banyak memuji kepada pedagang yang dapat dipercaya. 

Hal ini mengakibatkan orang yang cenderung bergerak dalam dunia perniagaan pasti terpikat dengan ajaran Islam. Dari sini, Islam terus memperluas pengaruhnya secara cultural yaitu dengan melalui perkawinan antar etnis hingga akhirnya melalui system politik. Jalur yang terakhir ini (politik) terjadi ketika Islam telah dipeluk oleh para penguasa khususnya para raja. 

Menurut para ahli sejarah, pada penghujung akhir abad ke-14 seorang raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Raja Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. 

Proses islamisasi di Filipina pada masa awal adalah melalui tiga hal, yaitu perdagangan, perkawinan dan politik. Diterimanya Islam oleh orang-orang Mindanao, Sulu, Manilad dan sepanjang pesisir pantai kepulauan Filipina tidak terlepas dari ajaran Islam yang dibawa oleh para pedagang tersebut dapat mengakomodasi tradisi lokal. 

Umat Islam Filipina yang kemudian dikenal dengan bangsa Moro, pada akhirnya menghadapi berbagai hambatan baik pada masa kolonial maupun pasca kemerdekaan. Bila direntang ke belakang, perjuangan bangsa Moro dapat dibagi menjadi tiga fase:Pertama, Moro berjuang melawan penguasa Spanyol selama lebih dari 375 tahun (1521-1898 M).Kedua, Moro berusaha bebas dari kolonialisme Amerika selama 47 tahun (1898-1946 M).Ketiga, Moro melawan pemerintah Filipina (1970 M-sekarang). 

7.      Islam di Vietnam 
Berkembangnya Islam di Vietnam, khusunya pada tahap awal, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran kerajaan dan etnis Campa, uraian tentang Islam di Vietnam diawali dengan uraian sejarah Kerajaan Campa Kuno dan Etnis Campa. 

Saat ini, masyarakat muslim Vietnam biasanya dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, masyarakat muslim pendatang yang berkembang di kota-kota besar, seperti HO Chi Minh. Kedua, masyarakat muslim Cam, yang merupakan penduduk lokal dan komunitas muslim tertua yang menempati dataran pesisir Vietnam Tengah. Jumlah masyarakat muslim Vietnam mencapai sekitar 1% dari seluruh populasi Vietnam, yakni sekitar 420.000 jiwa. 

Setelah Vietnam memasuki era baru dan politik terbuka, umat Islam juga ikut menikmati perubahan politik tersebut: baik secara internal dalam bentuk semakin terbukanya kegiatan keagamaan dan semakin pulihnya posisi sosial umat Islam. Dengan dibangunnya pusat pengkajian umat Islam dan pendidikan Islam di kota Ho Chi Minh dan dibukanya berbagai kantor perwakilan negara yang mayoritas penduduknya muslim, suasana di kota tersebut tidak lagi mencerminkan suasana “anti Tuhan”. 

8.      Islam di Myanmar 
Setelah Islam tersebar di sekitar pantai benua kecil India sekitar abad ke-7 M, pedagang Islam mulai menyebarkan agama itu ke Burma. Mayoritas mereka berasal dari etnis Arab, Persia, dan India. Pelaut-pelaut Islam ini untuk pertama kalinya sampai di burma kira-kira abad ke-9 M. Tumpuan utama mereka adalah berdagang di sekitar pantai Arakan dan hilir Burma. 

Dalam tulisan-tulisan pelaut (pengembara) Arab dan Persia pada masa itu terdapat catatan tentang Burma. Ibn Khordadhbeh, Sulaiman, Ibn al-Faqih dan al-Maqdisi yang melintasi kawasan ini pada abad ke-9 dan 10 M telah mencatatkan aktivitas pedagang-pedagang Islam di Burma ketika itu. Diantara mereka ada yang singgah di burma untuk berdagang dan ada pula yang menanti angin sebelum meneruskan pelayaran mereka ke timur atau balik ke India atau tanah Arab. Ada juga diantara mereka yang akhirnya menetap di burma karena kapal yang mereka tumpangi rusak atau tenggelam.

 Mereka yang agak lama tinggal di Burma ini akhirnya menikah dengan penduduk setempat yang beragama Budha, sehingga terbentuklah komunitas Islam di pelabuhan-pelabuhan negara itu. Orang-orang keturunan Islam ini dikenal sebagai Pathee atau Kala. Perkawinan campuran ini telah menyebabkan tersebarnya agama Islam di sekitar kota-kota pelabuhan di Burma terutama setelah abad ke-10 M. 

Duarte Barbosa, seorang pengembara Portugis yang berkunjung ke India antara tahun 1501-1516 M juga menyebutkan tentang pesatnya perdagangan yang dijalankan oleh orang Islam antara Burma dan India. Di antara barang komoditi yang dibawa oleh kapal-kapal dagang Islam itu adalah gula, batu permata (delima), kapas, sutera, tembaga, perak, herba, dan obat-obatan. 

Kehadiran orang Islam di Burma ini nampaknya tidak menyenangkan penduduk pribumi. Mereka sering diganggu terutama setelah kedatangan orang Barat ke Burma. Namun demikian orang Islam yang telah menjadikan Burma sebagai tanah air mereka terus tinggal berkelompok dipinggir pantai sekitar pelabuhan dan menjadi komunitas yang dikenal sebagai orang Burma Islam (Muslim Burmese). 

9.      Islam di Kamboja 
Beberapa ahli sejarah beranggapan bahwa Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Nenek moyang Kaum Muslim Kamboja merupakan orang Cham, penduduk asli kerajaan Champa di Vietnam yang menguasai semenanjung Indochina. Ketika kerajaan Campa hancur pada tahun 1470 M, banyak penduduknya hijrah ke negara tetangga termasuk Kamboja, kemudian mereka membuat komunitas dan beranak pinak di Kamboja hingga saat ini. 

Muslim Champa diterima dengan baik di Kamboja, beberapa sumber bahkan menyebutkan beberapa petinggi kerajaan Champa yang turut mengungsi kemudian juga mendapatkan jabatan terhormat di kerajaan Kamboja. Selain muslim Champa, Muslim Melayu dari kepulauan Indonesia dan semenanjung Malaysia juga memasuki Kamboja sejak masa kejayaan Champa disekitar abad ke 15 masehi.  Muslim Arab imigran dan Anak Benua India, serta pribumi yang masuk Islam juga menjadi bagian dari komunitas Muslim di Kamboja saat ini. 

10.  Islam di Laos 
Laos dikenal sebagai salah satu Negara dengan sistem pemerintahan komunis yang tersisa di dunia dengan mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Budha Theravada. Tak heran kalau Laos merupakan negara dengan penduduk Muslim paling sedikit di Asia Tenggara. 

Agama Islam pertama kali masuk ke Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya seperti Thailand dan Birma. Oleh masyarakat Laos dan Thailand,  para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw. Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah:  beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tingal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan. Di sini, mereka memiliki masjid besar kebanggaan.

 Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental. Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk adzan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan di dalam masjid ini ditulis dalam lima bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kehadiran kelompok Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket.

 Mereka masuk Vientiane melalui Saigon yang masjidnya memiliki kemiripan dengan masjid mereka di Tamil. Para jamaah Muslim India Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane. Meski demikian, masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara. Jamaah tetap di masjid ini termasuk para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, termasuk dari Malaysia, Indonesia, dan Palestina. Laos merupakan salah satu negara yang kaya dengan keberagaman etnis. Setengah populasinya yang mencapai empat setengah juta orang berasal dari etnis Lao atau yang dikenal masyarakat lokalnya sebagai Lao Lum.

 Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka juga mendominasi pemerintahan dan komunitas masyarakatnya. Mereka yang berasal dari etnis ini memiliki kedekatan kekerabatan dengan penduduk kawasan timur laut Thailand. Mereka berasal dari dataran rendah Mekong yang hidup mendominasi di Vientiane dan Luang Prabang. Secara tradisional, mereka juga mendominasi pemerintahan dan masyarakat Laos. 

Peradaban islam di laos sangatlah sedikit, karena laos adalah negara yang mana jumlah masyarakat muslimnya yang paling kecil di Asia Tenggara. Walaupun demikian mereka tetap teguh memegang agama Islam. Bentuk peradabannya yaitu: 

Mereka memiliki masjid besar kebanggaan. Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental. 

Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk adzan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan di dalam masjid ini ditulis dalam lima bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kehadiran kelompok Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket. Mereka masuk Vientiane melalui Saigon yang masjidnya memiliki kemiripan dengan masjid mereka di Tamil. 

Visi Islam-Ramadhan Ismail

C.    Pengaruh Islam di Asia Tenggara dan Peradaban yang Dapat Diambil 

1.      Sistem Pemerintahan 
a)      Wujudnya institusi kesultanan di beberapa negara, gelar sultan menggantikan gelar raja. 
b)      Ulama menjadi penasehat bagi Raja/Sultan. 
c)      Islam sebagai agama yang resmi. 
d)     Undang-undang berlandaskan hukum Islam. 
e)      Wujudnya semangat jihad menentang penjajah. 

2.      Pendidikan 
a)      Pendidikan disampaikan kepada semua lapisan masyarakat, tidak hanya untuk kalangan bangsawan. 
b)      Istana, pondok pesantren, madrasah, dan surau sebagai institusi pendidikan. 

3.      Bahasa dan Kesusteraan 
a)      Tulisan jawi berasal dari tulisan Arab (al-Quran) yang diubah sesuai dengan perkataan Melayu. Tulisan ini menjadi tulisan resmi menggantikan tulisan Palava Dewanagari ( tulisan zaman Hindu Buddha ). 
b)      Banyak istilah Arab digunakan dalam bahasa Melayu, seperti sultan, syuur, masjid, alam. 
c)      Melalui tulisan jawi lahir penulis seperti Tun Sri Lanang. 
d)     Hasil kesusasteraan Melayu terpengaruh dengan gaya dan tatabahasa Arab. 
e)      Bentuk sastera Melayu dipengaruhi bentuk sastera Islam. 

4.      Cara Hidup 
a)      Kaum wanita memakai tudung kepala atau hijab dan lelaki memakai songkok (Penggunaan pakaian yang menutup aurat). 
b)      Mengamalkan konsep persaudaraan sesama muslim. 
c)      Persamaan taraf sesama manusia. 
d)     Sifat tolong-menolong, hormat-menghormati, dan amalan bergotong-royong. 

5.      Kesenian 
a)      Kesenian Islam contohnya seni khat, seni bina, seni ukir. 
b)      Seni khat ada pada batu nisan ( tulisan ayat al-Quran ), ukiran kayu, bilah mata keris, batu bersurat ( Terengganu ). 
c)      Unsur seni kaligrafi turut mengambil contoh huruf Arab, ayat al-Quran dan tulisan jawi. 
d)     Pengaruh seni bina Islam boleh juga dilihat pada bentuk masjid, kubah, mimbar, mihrab dan menara azan.

6.      Ekonomi 
a)      Terbentuknya Institusi ekonomi Islam seperti baitulmal. Baitulmal diperkenalkan di Aceh oleh Sultan Iskandar Muda yang berfungsi sebagai perbendaharaan negara (hasilnya diperoleh daripada zakat dan sedekah). 
b)      Islam menegaskan umatnya untuk mencari rezeki yang halal dan melarang mengemis. 
c)      Amalan riba, penindasan dan penipuan dilarang dalam perniagaan.
Load disqus comments

0 comments